Kamis, 15 Desember 2011

Kebaya organdi & songket bali

Kebaya hijau pupus ini berbahan organdi. Dipenuhi dengan bordir ala shantung thailand di tepian leher, dada, bawah dan pergelangan tangan. Kebaya dijahit full vooring agar cantik bordirnya lebih muncul.


Published with Blogger-droid v2.0.1

Selasa, 06 September 2011

ALWAYS KEBAYA

Pada suatu kesempatan saya mengikuti kegiatan komunitas Karimun Club berkunjung ke Istana Merdeka. Kala itu semua anggota diminta mengenakan pakaian batik. Maka saya pun mengenakan pakaian kecintaan saya, kebaya dan kain batik, sementara suami mengenakan hem batik.

Saya mengenakan sepotong kebaya encim warna dustyn pink kesukaan saya. Kebaya ini dilengkapi sebuah kamisol warna senada. Walaupun berpotongan sederhana tapi kebaya ini dipermanis dengan bordiran cantik di sepanjang garis leher belakang, bagian dada depan hingga bawah mengitari pinggul juga pergelangan tangan. Saya memadukannya dengan kain batik pesisiran warna ungu bermotif kembang warna-warni yang saya pakai dengan melilitnya. Untuk kerudungnya, saya mengenakan kerudung dengan warna senada dengan kebayanya.

Pada kesempatan yang lain, saya mengikuti Konvensi Nasional Perhumas, juga di Jakarta. Bila kebanyakan peserta lebih senang mengenakan setelan jas moderen, saya memilih mengenakan kebaya pink andalan saya serta kebaya kuning selama 2 (dua) hari berturut-turut. Walaupun acara berlangsung seharian sejak pagi pembukaan dan berkunjung di Istana Wakil Presiden hingga jamuan makan malam di Kantor Gubernur DKI, saya asik-asik saja tuh mengenakan kebaya.

Keesokan harinya, saya mengenakan kebaya kuning koleksi saya yang bergaya bali lengkap dengan obinya. Saya memadukannya dengan rok batik warna coklat bermotif klasik.

Begitu pun kala kantor tempat saya bekerja menggelar acara halal bil halal, saya langsung mengenakan kebaya putih berbordir krawang. Bahkan setiap kali mengikuti upacara peringatan kemerdekaan RI di kantor pun saya selalu mengenakan kebaya putih panjang berbordir yang sangat anggun ! Ditambah pin mungil merah putih dan lambang garuda, upacara pun semakin semangat !

Senin, 25 April 2011

KEBAYA DESY

 Desy Damayanti, anak manja ini, sesungguhnya rekan sejawat ibunda di Kantor DPRD Tega,l kota tempat saya lahir dan dibesarkan. Umurnya yang teramat muda dan jauh di bawah saya dan perilakunya yang sangat manja tidak saja pada ibu tapi juga pada bapak, membuat saya dan detya, adik saya, serasa punya adik baru. Berisiknya itu kalau bercerita, hadeeeehhh ... ga' tahan.

Ceritanya, 23 April 2011 lalu Desy dipersunting oleh Erwin, seorang pegawai Depag DIY, sosok yang dikenalnya saat kuliah di kota gudeg itu. Namanya juga adik ketemu gede, tak pelak saya dan detya pun mudik demi menghadiri pernikahannya.

Jauh sebelum itu, Desy sudah merengek minta dibuatkan kebaya. Tapi ... Desy benar-benar baru datang ke Jakarta dan belanja kain hanya sebulan sebelum hari H pernikahannya ! Maka, saya pun sibuk keluar masuk toko di pasar mayestik mencari kain yang sesuai dengan keinginannya.

Desy yang sederhana, menurut saja saat saya sarankan mengenakan brokat warna pink berpadu benang emas untuk kebaya yang akan dikenakannya saat malam midodareni. Wuakakakakak ... sebenarnya warna pink kan warna kesukaan saya. Tapi, berdasarkan pengalaman, untuk kulit Desy yang sama dengan kulit saya yang jauh dari putih, maka warna pink lumayan ramah dengan kulit kita. Sementara untuk kebaya akadnya, Desy memilih kain brokad sederhana, tapi tetap dengan sentuhan warna pink.

Setelah membekali dengan sketsa disain untuk masing-masing kebaya midodareni dan akad, Desy pun pulang ke Tegal. Brokad dustyn pink yang sesungguhnya agak kalem warnanya pun menjadi mewah saat saya padukan dengan vooring shocking pink cenderung fusia. Jujur saja, saat malam midodareni itu Desy asli cuantik sekali (saya sebel nih mengakuinya ...) hehehehe ....

Desy yang agak 'sehat' bobotnya pun berhasil mengurangi berat tubuhnya, sehingga kebayanya perlu diperkecil cukup signifikan. Hasilnya, Desy dengan kebaya pinknya asli cuantik dan 'nendang' banget deh ayunya persis seperti midodaren (bidadari). Jadi, segala sesuatu tidak harus mahal, sederhana pun bila dikemas dengan baik, hasilnya tak kalah mewah kan ? Termasuk, membuat kebaya, memilih kain yang tepat, motif yang tepat dan disain yang tepat mampu menghasilkan sebuah kebaya yang layak tayang untuk hari istimewa ... Selamat buat Desy deh, Selamat menempuh Hidup Baru, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah ... Amin.

Kamis, 20 Januari 2011

KEBAYA IMEL

Awal November 2010 lalu, Kak Elvi, seorang kawan kantor bercerita bahwa pada awal Desember 2010, Imel, adiknya akan menikah. Singkat cerita, mulailah kita berdiskusi soal kebaya-kebaya yang akan dikenakan Imel, pada pernikahannya, termasuk seragam bagi keluarga besarnya.

Imel yang agak tomboi, ingin sekali mengenakan kebaya berwarna biru untuk acara "martupol" semacam acara lamaran ala batak. Pilihannya pun jatuh ke kain tule jepang biru tosca berbunga cantik keemasan pada bagian bawahnya. Saya memadukan kain tule biru Imel dengan kain katun motif kotak-kotak ala bali dengan aksen warna tosca, emas dan fusia.

Sejak awal, Imel ingin mengenakan obi pada kebaya-kebayanya. Untuk kebaya martupol-nya, Imel ingin memadukannya dengan obi warna emas. Namun, saya menyarankan agar menggunakan warna fusia agar lebih eye-catching. Awalnya, Imel agak ragu, tapi akhirnya ia menurut saja dengan saran yang sampaikan melalui Kak Elvi, kakaknya.

Khusus untuk obi fusianya, saya membuatnya dengan lapisan kain keras di bagian dalamnya di sekitar lingkar perutnya saja. Selebihnya, dibiarkan polos agar dapat 'jatuh' menjuntai saat disimpulkan. Saat kebaya tosca itu dikenakan bersama kain ala bali berwarna putih gading dan obinya itu disimpulkan, Imel dan seluruh keluarganya pun surprise. Karena perpaduan warna kebaya, kain dan obinya begitu cantik di kulitnya yang putih. Wuakakakak, untung sang calon pengantin tidak rewel, jadi saya dapat merekomendasikan dan memutuskan segala sesuatunya dengan cepat.

Untuk pemberkatan di gereja dan resepsi, Imel memilih tule warna merah cabe yang cantik sekali untuk dikenakan di hari bersejarahnya itu. Nah, ada sedikit insiden soal kebaya merah ini. Imel memutuskan membuat kebaya merahnya ini sama pendek dengan kebaya martupol-nya. Selain itu, dia meminta semua motif bunganya berada di bagian depan. Saat kebaya telah jadi dan sang ibunda melihatnya, beliau pun terkejut ! Beliau menginginkan kebaya yang akan dikenakan saat pemberkatan itu agak lebih panjang agar terkesan lebih anggun.

Saya pun jadi putar otak. Apalagi, dengan motif bunga yang memenuhi tubuh bagian depan, kebaya itu jadi terkesan sangat penuh ! Memadukan kebaya yang sudah jadi dengan menyambung tentu bukan perkara mudah. Selain butuh biaya ekstra, tentu butuh pula keahlian yang mumpuni dari sang penjahit. Dengan waktu yang sagat terbatas, saya memikirkan bagaimana memberi kesan lebih panjang tanpa mengutak-atik kebaya yang sudah jadi yang akan beresiko rusak, bila tidak berhasil.

Memadu-sambungkan kebaya merah itu dengan tule polos akan terlalu biasa. Terus terang, ini pertama kali saya membantu membuat kebaya bagi keluaga batak. Saya pun ingin tahu, kain yang akan dikenakannya seperti apa ? Setelah kain songket itu datang, saya mulai menimbang-nimbang.

Menarik sekali keluarga batak "Siahaan" yang satu ini. Mereka sangat moderat ! Sepertinya mereka benar-benar menganut "Indonesia satu nusa satu bangsa". Lihat saja, kebaya martupol Imel, dari sejumlah alternatif, termasuk songket, Imel memilih motif ala Bali. Giliran untuk acara pemberkatan, Imel dan Ibunda memilih songket Palembang yang sangat cantik !

Kain songket pilihan Ibunda imel memang didominasi merah cabe, merah maroon, hijau botol dengan benang keemasan. Cantik sekali ! Saya pun bertanya pada Imel, PD (percaya diri) tidak dia, bila sang kebaya saya padukan dengan warna hijau botol ! Seperti biasa, karena Imel agak tomboi, awalnya dia ragu, tapi karena dia terjebak jarak dan waktu, untuk yang kesekian kalinya, dia pun pasrah saja dengan saran saya. Wuakakak !

Jadilah, saya mulai mencari tule hijau botol yang teksturnya agak berbeda, karena ditaburi glitter di permukaannya. Saya membuatkannya semacam rok pendek berkerut dari garis pinggang hingga garis paha yang ditali di bagian muka. Lalu saya memermak sedikit kebaya merahnya dnegan ruffles pada bagian leher dan kedua tangannya. Bertumpuknya motif kembang di bagian depan kebaya membuat motif itu justru tenggelam dan tidak terlihat. Saya lalu menaburkan batu alam berwana hijau, coklat dan keemasan pada bagian lehernya sehingga lebih menegaskan lekukan kembang di sekitar dada dan garis lehernya.

Persoalan berikutnya adalah cara mengenakannya. Imel yang tomboi, begitu pun kakaknya, kak Elvi, agak bingung bagaimana urutan mengenakan bagian-bagian kebaya itu. Hahahaha ! Saat mereka pertama kali mengenakannya dan menunjukkan fotonya pada saya, saya tertawa. Namun, setelah saya koreksi dan perjelas lagi hal-hal detil yang harus mereka perhatikan, maka kebaya merah itu pun sungguh cantik dan tidak terlihat bahwa itu merupakan bagian-bagian yang terpisah satu sama lain !

Mendandani penganten batak memang menjadi pengalaman pertama saya yang sangat berkesan. Saya memang tidak terlibat terlalu banyak seperti biasanya bila saya membuat kebaya penganten lainnya hingga mendampingi pada hari H. Tapi, setidaknya, saya tetap membuatkan disainnya, memilihkan kainnya dan menentukan detil hingga menangani langsung penjahitnya. Termasuk memadukan obi, suede ribbon dan corsage yang pas untuk dipadukan di kebaya istimewanya.

Untuk ibunda Imel, saya menyarankan warna hijau botol yang sesesuai dengan hijau botol yang dipadukan pada kebaya merah Imel. Sementara bagi keluarga besarnya, saya pilihkan brokad warna pink yang sangat lembut dan cantik dengan vooring silver. Untuk resepsinya, keluarga besar Imel mengenakan tule Jepang warna ungu dengan taburan bunga keemasan yang cantik.