Kamis, 15 Desember 2011

Kebaya organdi & songket bali

Kebaya hijau pupus ini berbahan organdi. Dipenuhi dengan bordir ala shantung thailand di tepian leher, dada, bawah dan pergelangan tangan. Kebaya dijahit full vooring agar cantik bordirnya lebih muncul.


Published with Blogger-droid v2.0.1

Selasa, 06 September 2011

ALWAYS KEBAYA

Pada suatu kesempatan saya mengikuti kegiatan komunitas Karimun Club berkunjung ke Istana Merdeka. Kala itu semua anggota diminta mengenakan pakaian batik. Maka saya pun mengenakan pakaian kecintaan saya, kebaya dan kain batik, sementara suami mengenakan hem batik.

Saya mengenakan sepotong kebaya encim warna dustyn pink kesukaan saya. Kebaya ini dilengkapi sebuah kamisol warna senada. Walaupun berpotongan sederhana tapi kebaya ini dipermanis dengan bordiran cantik di sepanjang garis leher belakang, bagian dada depan hingga bawah mengitari pinggul juga pergelangan tangan. Saya memadukannya dengan kain batik pesisiran warna ungu bermotif kembang warna-warni yang saya pakai dengan melilitnya. Untuk kerudungnya, saya mengenakan kerudung dengan warna senada dengan kebayanya.

Pada kesempatan yang lain, saya mengikuti Konvensi Nasional Perhumas, juga di Jakarta. Bila kebanyakan peserta lebih senang mengenakan setelan jas moderen, saya memilih mengenakan kebaya pink andalan saya serta kebaya kuning selama 2 (dua) hari berturut-turut. Walaupun acara berlangsung seharian sejak pagi pembukaan dan berkunjung di Istana Wakil Presiden hingga jamuan makan malam di Kantor Gubernur DKI, saya asik-asik saja tuh mengenakan kebaya.

Keesokan harinya, saya mengenakan kebaya kuning koleksi saya yang bergaya bali lengkap dengan obinya. Saya memadukannya dengan rok batik warna coklat bermotif klasik.

Begitu pun kala kantor tempat saya bekerja menggelar acara halal bil halal, saya langsung mengenakan kebaya putih berbordir krawang. Bahkan setiap kali mengikuti upacara peringatan kemerdekaan RI di kantor pun saya selalu mengenakan kebaya putih panjang berbordir yang sangat anggun ! Ditambah pin mungil merah putih dan lambang garuda, upacara pun semakin semangat !

Senin, 25 April 2011

KEBAYA DESY

 Desy Damayanti, anak manja ini, sesungguhnya rekan sejawat ibunda di Kantor DPRD Tega,l kota tempat saya lahir dan dibesarkan. Umurnya yang teramat muda dan jauh di bawah saya dan perilakunya yang sangat manja tidak saja pada ibu tapi juga pada bapak, membuat saya dan detya, adik saya, serasa punya adik baru. Berisiknya itu kalau bercerita, hadeeeehhh ... ga' tahan.

Ceritanya, 23 April 2011 lalu Desy dipersunting oleh Erwin, seorang pegawai Depag DIY, sosok yang dikenalnya saat kuliah di kota gudeg itu. Namanya juga adik ketemu gede, tak pelak saya dan detya pun mudik demi menghadiri pernikahannya.

Jauh sebelum itu, Desy sudah merengek minta dibuatkan kebaya. Tapi ... Desy benar-benar baru datang ke Jakarta dan belanja kain hanya sebulan sebelum hari H pernikahannya ! Maka, saya pun sibuk keluar masuk toko di pasar mayestik mencari kain yang sesuai dengan keinginannya.

Desy yang sederhana, menurut saja saat saya sarankan mengenakan brokat warna pink berpadu benang emas untuk kebaya yang akan dikenakannya saat malam midodareni. Wuakakakakak ... sebenarnya warna pink kan warna kesukaan saya. Tapi, berdasarkan pengalaman, untuk kulit Desy yang sama dengan kulit saya yang jauh dari putih, maka warna pink lumayan ramah dengan kulit kita. Sementara untuk kebaya akadnya, Desy memilih kain brokad sederhana, tapi tetap dengan sentuhan warna pink.

Setelah membekali dengan sketsa disain untuk masing-masing kebaya midodareni dan akad, Desy pun pulang ke Tegal. Brokad dustyn pink yang sesungguhnya agak kalem warnanya pun menjadi mewah saat saya padukan dengan vooring shocking pink cenderung fusia. Jujur saja, saat malam midodareni itu Desy asli cuantik sekali (saya sebel nih mengakuinya ...) hehehehe ....

Desy yang agak 'sehat' bobotnya pun berhasil mengurangi berat tubuhnya, sehingga kebayanya perlu diperkecil cukup signifikan. Hasilnya, Desy dengan kebaya pinknya asli cuantik dan 'nendang' banget deh ayunya persis seperti midodaren (bidadari). Jadi, segala sesuatu tidak harus mahal, sederhana pun bila dikemas dengan baik, hasilnya tak kalah mewah kan ? Termasuk, membuat kebaya, memilih kain yang tepat, motif yang tepat dan disain yang tepat mampu menghasilkan sebuah kebaya yang layak tayang untuk hari istimewa ... Selamat buat Desy deh, Selamat menempuh Hidup Baru, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah ... Amin.

Kamis, 20 Januari 2011

KEBAYA IMEL

Awal November 2010 lalu, Kak Elvi, seorang kawan kantor bercerita bahwa pada awal Desember 2010, Imel, adiknya akan menikah. Singkat cerita, mulailah kita berdiskusi soal kebaya-kebaya yang akan dikenakan Imel, pada pernikahannya, termasuk seragam bagi keluarga besarnya.

Imel yang agak tomboi, ingin sekali mengenakan kebaya berwarna biru untuk acara "martupol" semacam acara lamaran ala batak. Pilihannya pun jatuh ke kain tule jepang biru tosca berbunga cantik keemasan pada bagian bawahnya. Saya memadukan kain tule biru Imel dengan kain katun motif kotak-kotak ala bali dengan aksen warna tosca, emas dan fusia.

Sejak awal, Imel ingin mengenakan obi pada kebaya-kebayanya. Untuk kebaya martupol-nya, Imel ingin memadukannya dengan obi warna emas. Namun, saya menyarankan agar menggunakan warna fusia agar lebih eye-catching. Awalnya, Imel agak ragu, tapi akhirnya ia menurut saja dengan saran yang sampaikan melalui Kak Elvi, kakaknya.

Khusus untuk obi fusianya, saya membuatnya dengan lapisan kain keras di bagian dalamnya di sekitar lingkar perutnya saja. Selebihnya, dibiarkan polos agar dapat 'jatuh' menjuntai saat disimpulkan. Saat kebaya tosca itu dikenakan bersama kain ala bali berwarna putih gading dan obinya itu disimpulkan, Imel dan seluruh keluarganya pun surprise. Karena perpaduan warna kebaya, kain dan obinya begitu cantik di kulitnya yang putih. Wuakakakak, untung sang calon pengantin tidak rewel, jadi saya dapat merekomendasikan dan memutuskan segala sesuatunya dengan cepat.

Untuk pemberkatan di gereja dan resepsi, Imel memilih tule warna merah cabe yang cantik sekali untuk dikenakan di hari bersejarahnya itu. Nah, ada sedikit insiden soal kebaya merah ini. Imel memutuskan membuat kebaya merahnya ini sama pendek dengan kebaya martupol-nya. Selain itu, dia meminta semua motif bunganya berada di bagian depan. Saat kebaya telah jadi dan sang ibunda melihatnya, beliau pun terkejut ! Beliau menginginkan kebaya yang akan dikenakan saat pemberkatan itu agak lebih panjang agar terkesan lebih anggun.

Saya pun jadi putar otak. Apalagi, dengan motif bunga yang memenuhi tubuh bagian depan, kebaya itu jadi terkesan sangat penuh ! Memadukan kebaya yang sudah jadi dengan menyambung tentu bukan perkara mudah. Selain butuh biaya ekstra, tentu butuh pula keahlian yang mumpuni dari sang penjahit. Dengan waktu yang sagat terbatas, saya memikirkan bagaimana memberi kesan lebih panjang tanpa mengutak-atik kebaya yang sudah jadi yang akan beresiko rusak, bila tidak berhasil.

Memadu-sambungkan kebaya merah itu dengan tule polos akan terlalu biasa. Terus terang, ini pertama kali saya membantu membuat kebaya bagi keluaga batak. Saya pun ingin tahu, kain yang akan dikenakannya seperti apa ? Setelah kain songket itu datang, saya mulai menimbang-nimbang.

Menarik sekali keluarga batak "Siahaan" yang satu ini. Mereka sangat moderat ! Sepertinya mereka benar-benar menganut "Indonesia satu nusa satu bangsa". Lihat saja, kebaya martupol Imel, dari sejumlah alternatif, termasuk songket, Imel memilih motif ala Bali. Giliran untuk acara pemberkatan, Imel dan Ibunda memilih songket Palembang yang sangat cantik !

Kain songket pilihan Ibunda imel memang didominasi merah cabe, merah maroon, hijau botol dengan benang keemasan. Cantik sekali ! Saya pun bertanya pada Imel, PD (percaya diri) tidak dia, bila sang kebaya saya padukan dengan warna hijau botol ! Seperti biasa, karena Imel agak tomboi, awalnya dia ragu, tapi karena dia terjebak jarak dan waktu, untuk yang kesekian kalinya, dia pun pasrah saja dengan saran saya. Wuakakak !

Jadilah, saya mulai mencari tule hijau botol yang teksturnya agak berbeda, karena ditaburi glitter di permukaannya. Saya membuatkannya semacam rok pendek berkerut dari garis pinggang hingga garis paha yang ditali di bagian muka. Lalu saya memermak sedikit kebaya merahnya dnegan ruffles pada bagian leher dan kedua tangannya. Bertumpuknya motif kembang di bagian depan kebaya membuat motif itu justru tenggelam dan tidak terlihat. Saya lalu menaburkan batu alam berwana hijau, coklat dan keemasan pada bagian lehernya sehingga lebih menegaskan lekukan kembang di sekitar dada dan garis lehernya.

Persoalan berikutnya adalah cara mengenakannya. Imel yang tomboi, begitu pun kakaknya, kak Elvi, agak bingung bagaimana urutan mengenakan bagian-bagian kebaya itu. Hahahaha ! Saat mereka pertama kali mengenakannya dan menunjukkan fotonya pada saya, saya tertawa. Namun, setelah saya koreksi dan perjelas lagi hal-hal detil yang harus mereka perhatikan, maka kebaya merah itu pun sungguh cantik dan tidak terlihat bahwa itu merupakan bagian-bagian yang terpisah satu sama lain !

Mendandani penganten batak memang menjadi pengalaman pertama saya yang sangat berkesan. Saya memang tidak terlibat terlalu banyak seperti biasanya bila saya membuat kebaya penganten lainnya hingga mendampingi pada hari H. Tapi, setidaknya, saya tetap membuatkan disainnya, memilihkan kainnya dan menentukan detil hingga menangani langsung penjahitnya. Termasuk memadukan obi, suede ribbon dan corsage yang pas untuk dipadukan di kebaya istimewanya.

Untuk ibunda Imel, saya menyarankan warna hijau botol yang sesesuai dengan hijau botol yang dipadukan pada kebaya merah Imel. Sementara bagi keluarga besarnya, saya pilihkan brokad warna pink yang sangat lembut dan cantik dengan vooring silver. Untuk resepsinya, keluarga besar Imel mengenakan tule Jepang warna ungu dengan taburan bunga keemasan yang cantik.

Senin, 02 Agustus 2010

KEBAYA RIKA

R. Rika Rosvianti, sepupuku, kemarin, 1 Agustus 2010 baru saja resmi menyandang status baru sebagai Nyonya Hasyim, seorang jurnalist harian "The Jakarta Post", pukul 08.00 wib pagi. Sejak bulan Februari tahu Rika akan menikah, daku langsung menawarkan diri untuk menggambarkan dan membantunya membuat kebaya istimewa untuk pernikahannya.

Persoalannya, jarak kediaman kami yang selatan dan utara benar-benar jadi masalah besar setiap kali kita mau ngurusin kebaya Rika. He3x .. tapi ... demi, demi deh ... alhamdulillah kebaya perkawinan Rika dapat terwujud, dengan segala kemampuan dan keterbatasan yang kami berdua hadapi.
  1. Gaun Midodareni. Sesungguhnya gaun midodareni ini idenya muncul karena akan memanfaatkan kain akad yang terpaksa kita beli seluruhnya karena merupakan kain potongan terakhir. Jadi, daripada kain tidak termanfaatkan nanti-nanti, maka lebih baik langsung saja diberdayakan. Modelnya sederhana, hanya gaun panjang berpotongan A-line karena materi kainnya sudah sangat mewah. Kain yang dipilih adalah lace yang bermotif besar, rapat dan bertekstur tebal. Warnanya putih gading dengan benang emas pada setiap motif kembangnya. Kain tipe seprti ini sangat cocok dan tepat dijadikan pilihan bagi mereka yang berkerudung. Gaun ini merupakan gaun 2 (two) pieces yang terdiri dari long dress tanpa lengan berpadu dengan rompi bergaya victorian. Dengan sentuhan pita panjang beludru warna maroon sesungguhnya gaun ini akan tampak cantik, tapi Rika memilih renda warna coklat yang kalem selaras warna gaunnya. Ditambah dengan sentuhan bros atau corsage yang cantik, maka Rika pun benar-benar seperti bidadari turun dari langit !
  2. Kebaya Akad. Saat ditunjukkan beberapa koleksi disain kebaya dalam booklet saya, ternyata Rika memilih model yang sama persis dengan Kebaya yang saya buat untuk akad saya 3 (tiga) tahun lalu. Saya pun mulai dibikin keder dan sedikit sangsi membuatnya lagi. Pertimbangan saya, saya khawatir model itu kurang cocok untuk Rika. Tapi saya pikir, saat sekarang ini, fashion bukan lagi sebuah aturan yang kaku seperti dahulu. Maka setiap perempuan adalah ikon mode. Sepanjang mereka percaya diri dan nyaman dengan tubuhnya, maka mereka tetap akan cantik dengan pakaian apapun yang melekat di tubuhnya, asal tidak melanggar nilai-nilai kesopanan. Itulah yang saya yakinkan pada Rika. Rika pun setuju. Maka jadilah kebaya akad ala victorian kedua yang pernah saya buat. Sedikit berbeda dengan kebaya saya terdahulu yang menggunakan kain brocade, lace dan shantung, Rika hanya menggunakan brocade dan lace karena shantung yang sesuai tidak kunjung ditemukan. Tapi, tetap tidak mengurangi keindahannya .... Kebaya akad dibuat 2 (dua) pieces yang terdiri dari kebaya panjang berefek tie & die di bagian muka dan rompi dengan sentuhan victorian. Rompi yang sama adalah rompi yang juga dipadukan dengan gaun midodareni yang Rika kenakan semalam sebelum akad.
  3. Kebaya Resepsi. Kebaya ini pada dasarnya sangat sederhana, tapi lumayan sulit membuat pola penutup dadanya. Kebaya Resepsi Rika berwarna merah maroon berpadu silver, warna kesukaan ibunda. Asal tahu saja, mencari kain sesuai warna dan kombinasi yang diinginkan tersebut sulitnya bukan main. Belum lagi saat kami harus memikirkan paduan bagi kebaya ibunda saat berada di atas pelaminan. Kebaya resepsi Rika pada dasarnya berupa kebaya kurung berleher bulat tinggi dengan sentuhan ruffless. Yang menjadikannya cantik gaun ini adalah keberanian kita untuk memutuskan memadukan brocade maroon polos dengan vooring silver ! Keputusan ini diambil setelah kami tidak menemukan kain brocade marron dengan paduan silver seperti yang ibunda inginkan. Kebaya ini dilengkapi dengan penutup dada menutupi seluruh dada hingga punggung. Kebaya ini dipermanis dengan taburan payet sederhana, tidak terlalu banyak tapi tetap anggun .... 
Butuh membuat contoh (dummy) kebaya berbahan perca sifon hingga 2 (dua) kali sebelum akhirnya kain-kain yang kita beli benar-benar dipotong dan dijahit menjadi 2 (dua) kebaya dan 1 (satu) gaun panjang (gamis). Saya benar-benar harus sabar mengajari tukang jahit hingga benar-benar mengerti apa yang saya maksud. Dan yang pasti, butuh lebih dari 2 (dua) bulan juga menyelesaikan 2 (dua) kebaya istimewa dan sebuah gaun midodareni milik Rika ini. Semoga ... Rika puas dengan kebaya pernikahanya ....

Rabu, 07 Juli 2010

KEBAYA KARTINI

Peringatan Hari Kartini selalu menjadi kesemapatan istimewa bagi anak sekolah. Saya bahkan sudah merasakan keistimewaan perayaan Hari Kartini sejak masih di taman kanak-kanak. Lihat saja betapa culunnya saya mengenakan kebaya Kartini warna merah berkain sifon dan berpita emas itu. Lengkap denan kain wiron dan sanggul bersunggarnya, rupanya saya sudah cinta kebaya sejak umur 4 tahun !!! Ga' heran 'kan kalau hingga sekarang saya tetaaaaap cinta kebaya, dan mengenakan kebaya sesering mungkin dan di berbagai kesempatan ....

KEBAYA DIANA

Diana, adalah seorang tetangga sekaligus sahabat yang saya kenal belum terlalu lama, yaitu baru pada pertengahan 2005 lalu. Persahabatan kami diawali secara tidak sengaja, saya yang suka masak seringkali mengundang tetangga untuk makan siang di rumah saya, lantaran saat itu saya jomblo. Tak enak 'kan makan sendiri ? Entah kebetulan atau tidak, saat saya menempati rumah yang saya tinggali saat ini, saya dan sederet tetangga lainnya, kok sebagian besar jomblo, dari ujung kiri hingga nyaris ujung kanan.

Tidak hanya itu, saat kami saling mengenal, kami sama2 di usia yang tidak muda lagi dengan status jomblo itu. Alhasil, kami jadi sering menghabiskan waktu akhir pekan bersama2, nongkrong dari satu cafe ke cafe lain, ngukur jalan muterin tol jakarta di tengah rintik hujan sambil dengerin lagu2 Rosa yang "aduh ... ! Menguras air mata ... " sambil ngabisin tissue mobil. Ha3x ... !

Saat dua tahun kemudian saya menikah, Diana bersama seorang tetangga lainnya rela datang jauh2 ke Tegal menghadiri pernikahan saya sejak akad hingga resepsinya. Begitupun saat saya sibuk menyiapkan kebaya akad & midodareni. Sejak mencari bahan hingga fitting Diana ikut menemani. Hampir setahun berselang, Diana pun menemukan soulmate-nya dan menikah di tahun 2008.

Nah, kini giliran saya menyiapkan kebaya untuk Diana. Saya mulai menggambar beberapa disain dan akhirnya Diana pun memilih kebaya bergaya victorian dengan bagian belakang menjuntai panjang. Kebaya Diana dibuat dengan model rompi pendek dan tunik panjang beruffless pada bagian dada. Pada bagian lengan atas dibuat dengan potongan puff, sedikit menggelembung.

Persoalannya, Diana ingin kebayanya bernuansa putih berkombinasikan pink. Padahal, kebaya Diana didisain dengan menggunakan sedikitnya 2 (dua) jenis kain, brocade dan tule. Sementara, mencari kombinasi warna tersebut pada kedua jenis kain itu bukan perkara gampang ....

Alhasil pada hari Sabtu itu di awal tahun 2008, saya dan Diana pagi2 sudah meluncur dari Bintaro, nguplek2 pasar mayestik seharian, eksekusi cenderamata di mangga dua, hingga menjahit, bla, bla, bla dan tiba di rumah pukul 21.00 wib. Yang membuat saya tidak enak hati, karena hidup sendiri dan tidak punya pembantu, setiap akhir pekan sesungguhnya adalah hari kerja bakti saya untuk manyapu, mencuci dan ngepel. Karena waktu begitu terbatas, saya pun pergi dalam keadaan belum sarapan, padahal saya pengidap sakit maag beraaaaat !

Akibatnya, lantaran badan sudah lemas dan puyeng banget, saat tiba kembali di Bintaro dan Diana mengajak makan malam saya memilih minum teh panas dan membungkus sebuah almond croissant. Makan saat siang pun tidak terlalu membantu karena perut sudah terlanjur masuk angin & kembung. Rasa mual dan pusing kepala saya tahan-tahan agar tetap bisa mengendarai mobil hingga rumah. Alhamdulillah, saya benar-benar tiba di rumah dengan selamat. Tapi terpaksa mobil Diana saya hentikan persis di depan rumah saya bukan di rumahnya yang selisih 5 (lima) rumah dari kediaman saya. Sejurus kemudian saya langsung meloncat turun dan muntah2 persis di lubang drainase jalan ! Saya muntah persis seperti keran bocor, soooooor !!! Masuk anjriiiing berat ! Kwkwkwkwkwk !!!!

Ah ... kenangan yang indah. Cita-cita Diana mendapatkan kebaya dengan warna sesuai yang diidam-idamkan tercapai sudah. Saya sempat mengejek Diana, bahwa kebayanya jauh lebih bagus daripada kebaya akad & midodareni milik saya sendiri. Ha3x ....

Saat Diana hijrah ke Negeri Kanguru bersama suaminya, Rodney Bassedow, saya hanya sempat mengantarnya di depan pagar rumahnya sambil menahan air mata supaya tidak tumpah. Persis seperti saat akad, kala saya setengah mengancam Rodney, agar jangan pernah sekali-kali juga menyakiti Diana ! Ha3x ... Memang nama tengah kami berdua, Diana dan saya adalah "galak" ... !

Oya, Diana dan Rodney melangsungkan akad nikah di sebuah masjid di Pondok Indah dalam suasana yang sangat bersahaja tapi penuh khidmat. Walaupun akhirnya kebaya akad tersebut tidak jadi dikenakan Diana saat akad karena terlalu "extravaganza", tapi Diana tetap menghargai kerja kecil saya itu. Diana mengenakannya saat foto pre-wedding dan mencetaknya besar-besar serta memajangnya selama resepsi berlangsung dan membawanya serta ke Australia ....

Selasa, 01 Juni 2010

BERKEBAYA DI HARI KARTINI

Peringatan Hari Kartini lalu, kami rayakan bersama perempuan-perempuan di kantor. Walau tidak semuanya mengenakan kebaya, tapi setidaknya, kami sesama perempuan saling memberi selamat atas peringatan Hari Kartini. Maka jadilah foto para perempuan yang sumringah mensyukuri perjuangan RA. Kartini.

Saya mengenakan kebaya katun paris favorit warna putih berbordir krancang warna pink (warna kesukaan ... he3x) yang saya beli saat liburan sekaligus menemani suami saat dinas di Yogyakarta. Kebaya ini saya beli di salah satu toko di jalan Malioboro persis di seberang pasar Beringhardjo. Berbahan dasar katun paris yang super lembut, kebaya ini sungguh sangat nyaman dipakai sekaligus cantik. Bordir krancangnya penuh mengitari leher, dada hingga tepian bawah dan bagian belakang. Kebaya ini dilengkapi dengan kamisol bertali spagheti yang juga dipercantik dengan bordir cantik berwarna pink pada bagian leher dan tepian bawah.

Kebaya ini aku padukan dengan batik sutera juga warna pink, yang ibu beli untuk saya di sentra batik Trusmi, Cirebon, lengkap dengan kerudungnya. Motifnya kecil-kecil khas pesisiran dan muncul dalam tarikan garis-garis warna putih. Kainnya saya kenakan dengan cara dililit dibantu dengan gesper khusus untuk mengenakan kain. Jadi, mengenakan kebaya dan kain, ternyata tidak serepot yang dibayangkan ! Dipakai untuk ke kantor pun ... tetap eksis !

KEBAYA IKAT

Kebaya putih ini adalah pemberian ibu. Beliau membelinya di Pekalongan seharga Rp. 30.000,- saja. Berbahan katun, kebaya putih ini sungguh manis. Modelnya sederhana berleher kartini seperti biasa. Hanya, di seluruh pinggir leher dan ujung lengan diberi ruffles (lipit) dari kain sejenis. Selain itu, cara mengenakannya pun tidak menggunakan kancing atau hak pengait. Melainkan menggunakan tali yang diikatkan di sepanjang garis leher dan dada di bagian depan.

Kebaya kasual ini, saya kenakan saat liburan ke Bali bersama seorang sahabat perempuan pada akhir April tahun 2005 lalu. Dipadu dengan rok panjang kebaya putih ini tetap nyaman dikenakan walaupun banyak beraktivitas. Jadi, jangan ragu mengenakan kebaya ke mana pun Anda pergi ! Selain nyaman, kebaya itu Indonesia sekali loh !!!

KEBAYA ADAT BALI

Nah ... kalau yang ini, adalah salah satu pakaian adat masyarakat Bali. Umumnya adat Bali yang kita kenal, kaum perempuannya mengenakan kain khas Bali hingga menutup dada. Tapi ruapanya, ada pula kebayanya. Sepertinya, kebaya seperti ini hanya dikenakan oleh masyarakat Bali kasta yang tinggi seperti ksatria dan brahmana.

Pakaian adat Bali dengan material keemasan seperti ini umumnya hanya digunakan pada kesempatan upacara-upacara penting. Bila dalam kegiatan sehari-hari, perempuan Bali memang mengenakan kebaya dan kain tenun khas Bali ditambah ikatan kain di pinggang semacam obi yang dikenakan oleh perempuan Jepang.

Untuk anda yang ingin merasakan menjadi orang Bali dalam sekejap, jangan lupa luangkan sedikit waktu saat berlibur ke Bali dengan mengunjungi studio-studio foto yang ada di kota Denpasar atau dikawasan Legian dan Kuta, Bali. Mereka melayani jasa foto berbusana adat Bali lengkap. Anda tinggal pilih jenis pakaian adat yang seperti apa yang dikehendaki. Dalam hitungan menit, sim salabim ! Anda sudah menjelma menjadi Pasangan Bali atau bahkan Keluarga Bali, lengkap dengan keris dan piring penuh kembang. Selamat mencoba !

Senin, 19 Oktober 2009

KEBAYA KASUAL

Kebaya dan rok batik. Kebaya berbahan katun belacu warna netral ini saya beli di sebuah toko di jalan malioboro, pada sebuah kesempatan berlibur bersama suami. Begitu cintanya saya pada kebaya, hingga selama liburan 8 (delapan) hari itu, sedikitnya saya membawa pulang 4 (empat) kebaya jadi, 1 (satu) kain kebaya, 1 (rok) batik berkaret, 2 (dua) rok batik lilit berikat, dan satu setel kain batik berselendang. Wuakakak ...

Kebaya belacu yang saya kenakan itu berhiaskan bordir di tepian kerah dari belakang leher hingga bagian depan tengah dan bawah. Tentu saja kebaya ini sangat nyaman dikenakan karena berbahan katun. Saat iklim tengah tidak bersahabat seperti sekarang ini, saya kerap mengenakan kebaya belacu ini dengan koleksi rok-rok batik saya yang lain. Padukan dengan high heels, tampilan kita jadi perempuan Indonesia banget deh. Cantik dan anggun. Sayang, karena saya foto model amatiran, keindahan kebaya dan rok batiknya tidak bisa terekspos secara maksimal .... ;p

Dalam gambar ini, saya mengenakan kebaya seharga kurang lebih Rp. 150.000,- dengan rok batik katun seharga Rp. 35.000,- dan kerudung batik sutera seharga Rp. 25.000,-. Rok batiknya pun saya beli di salah satu toko di kawasan Maliboro, sementara kerudung batik suteranya saya beli di pasar, juga di Malioboro.

Cantik 'kan batiknya ... ?

Sabtu, 25 April 2009

KEBAYA KATUN

Kebaya putih berbahan katun ini sangat nyaman dipakai. Kebaya ini pun berpotongan ala Kartini dengan garis leher berlidah yang dipermanis dengan lengkungan bordir sederhana warna senada. Kebaya ini dilengkapi dengan 'singlet' dengan bahan yang sama sehingga tekstur kainnya yang tipis tidak terlalu menerawang saat dipakai.

Kebaya ini aku beli di salah toko di sepanjang jalan Malioboro, Jogja seharga kurang dari seratus ribu rupiah, saat liburan setahun lalu. Kebaya ini aku padukan dengan batik tradisional khas Jogja yang berwarna putihan, bukan sogan seperti batik Solo.

Tips untuk merawat kebaya ini, pisahkan kebaya putih saat mencuci dari pakaian yang lain dan berhati-hatilah saat menyeterika karena kainnya yang tipis sangat mudah terkoyak.

KEBAYA SHANTUNG PINK

Kebaya berbahan shantung ini seperti biasa, berwarna pink kesukaanku. Berpotongan sederhana ala Kartini tapi tampak begitu 'extravaganza' karena detil bordirnya yang menonjol di sepanjang garis leher hingga seluruh tepian kebaya, lengan dan garis pinggang.

Tips membuat kebaya berbahan shantung adalah terletak pada pemilihan warna dan jenis shantungnya itu sendiri. Kain shantung akan terlihat menonjol pada warna-warna terang yang berani seperti merah cabai, shocking pink, biru tosca, ungu, atau hijau, kuning dan oranye sehingga mampu menampilkan kilau serat suteranya secara alami.

Selain itu, bila akan mengaplikasikan bordir di atasnya, maka berhati-hatilah memilih warna benang yang tepat sehingga akan semakin mempercantik dan kontras di atas kain yang sudah terang. Jangan sebaliknya, benang ordir tenggelam dalam warna dasar shantungnya.

Kain shantung yang berkualitas baik juga dapat menyerap keringat, minimal tidak terlalu panas saat dipakai. Kain shantung yang kualitasnya kurang baik, akan mengganggu penampilan karena saat kita berkeringat permukaan kain akan basah dan menempel di bagian tubuh di sana sini.

Kebaya berbahan dasar shantung ini bisa menjadi alternatif kebaya Indonesia yang sangat aman bagi perempuan berkerudung. Untuk menyempurnakan penampilan kebaya shantung, padukan dengan batik sarung yang memiliki tumpal yang letaknya disesuaikan agar jatuh persis di sisi bagian depan ....

Jumat, 24 April 2009

KEBAYA PUTIH

Kebaya putih ini, aku buat dengan sepenuh hati. Kebaya ini dibuat menggunakan tiga macam kain, lace, tule dan satin sutra. Aku mendisainya dengan sentuhan victorian pada lengan bahu bagian atas yang kembung dan mengecil atau pas di bagian lengan tangan. Karena aku berkerudung aku harus mendisain kebaya yang Indonesia sekaligus sesuai dengan nilai-nilai Islam. Jadilah kebaya putih yang cantik ini ....

KEBAYA PINK

Kebaya pink ini, adalah salah satu kebaya kesukaanku. Warnanya yang pink, benar-benar warna kesukaan aku. Yang membuatnya semakin istimewa, karena kebaya ini aku disain sendiri.
Kebaya ini terdiri dari dua potong pakaian yang terpisah dan dapat dikenakan dengan cara berbeda sehingga menjadi dua model yang juga berbeda.
Saat memakainya, aku memadukan kebaya ini dengan batik sutra pesisiran berwarna pink dengan tebaran bunga warna-wani, dilengkapi selendang besar (stola) dengan rumbai warna pink di kedua ujungnya.
Kebaya pink ini berbahan tule warna pink dan lace yang juga berwarna pink. Kebaya ini dipermanis dengan payet manik dan ornamen pita ditambah ruffles (lipit pita) berbahan organdi di bagian leher dan pergelangan tangan. Untuk mereka yang berkerudung, kebaya model seperti cukup aman untuk dikenakan di acara istimewa ....

KEBAYA MAIN

Kebaya ini aku beli pada sutu malam di salah satu kios di sepanjang jalan di Legian, Kuta, Bali, saat berbulan madu awal Juli 2007 lalu. Kebaya putih bermotif bordir mawar warna pink ini aku beli seharga Rp. 50.000,- saja.

Berbahan dasar katun, kebaya ini juga mengadopsi model kebaya Kartini dengan kancing mutiara sederhana. Pada bagian leher atas, ada kerah rebah yang lebarnya hanya sekitar 2-3 cm saja. Setelah tulang leher, bagian dadanya hanya berupa potongan blus biasa yang dipermanis dengan bordir mawar pink. Potongan kebaya ini tidak terlalu panjang, seperti biasa hanya sebatas pinggul. Karena terbuat dari katun, kebaya ini sangat nyaman dipakai.

Dipadukan dengan jeans favorit, kebaya katun ini pun tetap tampil gaya dan menawan. Persoalannya, kembali karena berbahan dasar katun, kebaya ini sangat mudah kusut dan susah diseterika ... Tapi ... ga' masalah kaaan ... ?

KEBAYA HIJAU


Kebaya hijau jujur ini adalah milik eyang saat masih muda. Sekarang, kebaya ini jadi salah satu kebaya kesukaanku. Warnanya yang hijau segar dipadu dengan bordir kembang warna-warni sungguh sangat cantik. Kebaya hijau ini aku padukan dengan kain batik tulis parang agak besar berwarna dasar gelap yang juga punya eyang. Perpaduan keduanya semakin menguatkan keindahan dan orisinalitas kain - kebaya kuno ini sebagai busana tempo doeloe yang sangat anggun.

KEBAYA KUNING

Kebaya kuning ini berbahan katun yang sangat nyaman di kulit. Modelnya sederhana ala Kartini dengan potongan tidak terlalu panjang, hanya sebatas pinggul. Kebaya ini tampak anggun karena dipercantik dengan bordir rancang (lubang kecil-kecil) di bagian dada, pergelangan tangan dan bagian belakang bawah. Kebaya ini jadi tampil berbeda karena dilengkapi obi bertali yang diikatkan di bagian belakang. Warna kebaya yang kuning terang sangat anggun dipadukan dengan kain tradisional jawa berwarna sogan.

AKU & KEBAYA

Aku, bukan perempuan yang feminin apalagi anggun. Tapi aku sangat suka mengenakan kebaya. Aku mengenakan kebaya di banyak kesempatan. Selain acara resmi ke pesta perkawinan dan acara kantor aku juga mengenakan kebaya ke acara informal seperti reuni sekolah, reuni keluarga, bahkan pergi bekerja. Tapi tentu, kebaya yang aku kenakan disesuaikan dengan kesempatan yang ada.
Selama ini, aku lebih sering mengenakan kebaya dan kain tradisional bila menghadiri undangan perkawinan atau acara resmi lainnya ketimbang mengenakan busana biasa. Biasanya, aku memadukan kebaya dengan kain jawa berwiru, songket sumatera, tenun, sarung, atau batik pesisiran yang penuh warna-warni.

Untuk kesempatan yang lebih santai, aku mengenakan kebaya dengan rok jeans atau rok kain batik dengan berbagai corak dan berbagai cara pemakaian, ada yang diikat, ada yang menggunakan karet, ada juga yang seperti rok biasa dengan potongan yang sesuai.

KEBAYA

Kebaya, adalah pakaian perempuan asli Indonesia. Kebaya, adalah pakaian atasan (blouse) yang dibuat sedmikian rupa sehingga mampu menampilkan siluet tubuh perempuan Indonesia yang eksotis dengan warna kulitnya yang indah.

Berabad-abad lamanya kebaya merupakan pakaian yang dikenakan oleh oleh para perempuan etnis Jawa. 'Kebaya Kartini' adalah salah satu contoh model kebaya yang sangat populer karena selalu sesuai bagi perempuan dengan bentuk tubuh apapun. Ada pula "Kebaya Kutu Baru' yaitu kebaya terbuka di bagian depan dengan sebagian penutup di bagian dada juga tak kalah populer. Kebaya model ini menjadi semacam trade mark yang selalu dikenakan oleh ibu negara Indonesia.

Kini, kebaya tidak lagi menjadi pakaian para perempuan Jawa, tapi oleh banyak perempuan di Indonesia. Karena kebaya, juga merupakan pakaian 'kebesaran' kaum etnis china di Indonesia. Kebaya 'encim' merupakan peninggalan kebaya kaum etnis china yang hingga saat ini masih sangat digemari oleh banyak kalangan kaum perempuan Indonesia dan telah menjadi mode sepanjang masa.

Dengan mengenakan kebaya, seorang perempuan, apapun karakternya, akan selalu tampil berbeda. Kebaya seolah mampu menampilkan sisi yang lain dari setiap perempuan yang mengenakannya. Siapapun yang mengenakan kebaya, selalu terlihat berbeda ....