Rabu, 07 Juli 2010

KEBAYA KARTINI

Peringatan Hari Kartini selalu menjadi kesemapatan istimewa bagi anak sekolah. Saya bahkan sudah merasakan keistimewaan perayaan Hari Kartini sejak masih di taman kanak-kanak. Lihat saja betapa culunnya saya mengenakan kebaya Kartini warna merah berkain sifon dan berpita emas itu. Lengkap denan kain wiron dan sanggul bersunggarnya, rupanya saya sudah cinta kebaya sejak umur 4 tahun !!! Ga' heran 'kan kalau hingga sekarang saya tetaaaaap cinta kebaya, dan mengenakan kebaya sesering mungkin dan di berbagai kesempatan ....

KEBAYA DIANA

Diana, adalah seorang tetangga sekaligus sahabat yang saya kenal belum terlalu lama, yaitu baru pada pertengahan 2005 lalu. Persahabatan kami diawali secara tidak sengaja, saya yang suka masak seringkali mengundang tetangga untuk makan siang di rumah saya, lantaran saat itu saya jomblo. Tak enak 'kan makan sendiri ? Entah kebetulan atau tidak, saat saya menempati rumah yang saya tinggali saat ini, saya dan sederet tetangga lainnya, kok sebagian besar jomblo, dari ujung kiri hingga nyaris ujung kanan.

Tidak hanya itu, saat kami saling mengenal, kami sama2 di usia yang tidak muda lagi dengan status jomblo itu. Alhasil, kami jadi sering menghabiskan waktu akhir pekan bersama2, nongkrong dari satu cafe ke cafe lain, ngukur jalan muterin tol jakarta di tengah rintik hujan sambil dengerin lagu2 Rosa yang "aduh ... ! Menguras air mata ... " sambil ngabisin tissue mobil. Ha3x ... !

Saat dua tahun kemudian saya menikah, Diana bersama seorang tetangga lainnya rela datang jauh2 ke Tegal menghadiri pernikahan saya sejak akad hingga resepsinya. Begitupun saat saya sibuk menyiapkan kebaya akad & midodareni. Sejak mencari bahan hingga fitting Diana ikut menemani. Hampir setahun berselang, Diana pun menemukan soulmate-nya dan menikah di tahun 2008.

Nah, kini giliran saya menyiapkan kebaya untuk Diana. Saya mulai menggambar beberapa disain dan akhirnya Diana pun memilih kebaya bergaya victorian dengan bagian belakang menjuntai panjang. Kebaya Diana dibuat dengan model rompi pendek dan tunik panjang beruffless pada bagian dada. Pada bagian lengan atas dibuat dengan potongan puff, sedikit menggelembung.

Persoalannya, Diana ingin kebayanya bernuansa putih berkombinasikan pink. Padahal, kebaya Diana didisain dengan menggunakan sedikitnya 2 (dua) jenis kain, brocade dan tule. Sementara, mencari kombinasi warna tersebut pada kedua jenis kain itu bukan perkara gampang ....

Alhasil pada hari Sabtu itu di awal tahun 2008, saya dan Diana pagi2 sudah meluncur dari Bintaro, nguplek2 pasar mayestik seharian, eksekusi cenderamata di mangga dua, hingga menjahit, bla, bla, bla dan tiba di rumah pukul 21.00 wib. Yang membuat saya tidak enak hati, karena hidup sendiri dan tidak punya pembantu, setiap akhir pekan sesungguhnya adalah hari kerja bakti saya untuk manyapu, mencuci dan ngepel. Karena waktu begitu terbatas, saya pun pergi dalam keadaan belum sarapan, padahal saya pengidap sakit maag beraaaaat !

Akibatnya, lantaran badan sudah lemas dan puyeng banget, saat tiba kembali di Bintaro dan Diana mengajak makan malam saya memilih minum teh panas dan membungkus sebuah almond croissant. Makan saat siang pun tidak terlalu membantu karena perut sudah terlanjur masuk angin & kembung. Rasa mual dan pusing kepala saya tahan-tahan agar tetap bisa mengendarai mobil hingga rumah. Alhamdulillah, saya benar-benar tiba di rumah dengan selamat. Tapi terpaksa mobil Diana saya hentikan persis di depan rumah saya bukan di rumahnya yang selisih 5 (lima) rumah dari kediaman saya. Sejurus kemudian saya langsung meloncat turun dan muntah2 persis di lubang drainase jalan ! Saya muntah persis seperti keran bocor, soooooor !!! Masuk anjriiiing berat ! Kwkwkwkwkwk !!!!

Ah ... kenangan yang indah. Cita-cita Diana mendapatkan kebaya dengan warna sesuai yang diidam-idamkan tercapai sudah. Saya sempat mengejek Diana, bahwa kebayanya jauh lebih bagus daripada kebaya akad & midodareni milik saya sendiri. Ha3x ....

Saat Diana hijrah ke Negeri Kanguru bersama suaminya, Rodney Bassedow, saya hanya sempat mengantarnya di depan pagar rumahnya sambil menahan air mata supaya tidak tumpah. Persis seperti saat akad, kala saya setengah mengancam Rodney, agar jangan pernah sekali-kali juga menyakiti Diana ! Ha3x ... Memang nama tengah kami berdua, Diana dan saya adalah "galak" ... !

Oya, Diana dan Rodney melangsungkan akad nikah di sebuah masjid di Pondok Indah dalam suasana yang sangat bersahaja tapi penuh khidmat. Walaupun akhirnya kebaya akad tersebut tidak jadi dikenakan Diana saat akad karena terlalu "extravaganza", tapi Diana tetap menghargai kerja kecil saya itu. Diana mengenakannya saat foto pre-wedding dan mencetaknya besar-besar serta memajangnya selama resepsi berlangsung dan membawanya serta ke Australia ....