Awal November 2010 lalu, Kak Elvi, seorang kawan kantor bercerita bahwa pada awal Desember 2010, Imel, adiknya akan menikah. Singkat cerita, mulailah kita berdiskusi soal kebaya-kebaya yang akan dikenakan Imel, pada pernikahannya, termasuk seragam bagi keluarga besarnya.
Imel yang agak tomboi, ingin sekali mengenakan kebaya berwarna biru untuk acara "martupol" semacam acara lamaran ala batak. Pilihannya pun jatuh ke kain tule jepang biru tosca berbunga cantik keemasan pada bagian bawahnya. Saya memadukan kain tule biru Imel dengan kain katun motif kotak-kotak ala bali dengan aksen warna tosca, emas dan fusia.
Sejak awal, Imel ingin mengenakan obi pada kebaya-kebayanya. Untuk kebaya martupol-nya, Imel ingin memadukannya dengan obi warna emas. Namun, saya menyarankan agar menggunakan warna fusia agar lebih eye-catching. Awalnya, Imel agak ragu, tapi akhirnya ia menurut saja dengan saran yang sampaikan melalui Kak Elvi, kakaknya.
Khusus untuk obi fusianya, saya membuatnya dengan lapisan kain keras di bagian dalamnya di sekitar lingkar perutnya saja. Selebihnya, dibiarkan polos agar dapat 'jatuh' menjuntai saat disimpulkan. Saat kebaya tosca itu dikenakan bersama kain ala bali berwarna putih gading dan obinya itu disimpulkan, Imel dan seluruh keluarganya pun surprise. Karena perpaduan warna kebaya, kain dan obinya begitu cantik di kulitnya yang putih. Wuakakakak, untung sang calon pengantin tidak rewel, jadi saya dapat merekomendasikan dan memutuskan segala sesuatunya dengan cepat.
Untuk pemberkatan di gereja dan resepsi, Imel memilih tule warna merah cabe yang cantik sekali untuk dikenakan di hari bersejarahnya itu. Nah, ada sedikit insiden soal kebaya merah ini. Imel memutuskan membuat kebaya merahnya ini sama pendek dengan kebaya martupol-nya. Selain itu, dia meminta semua motif bunganya berada di bagian depan. Saat kebaya telah jadi dan sang ibunda melihatnya, beliau pun terkejut ! Beliau menginginkan kebaya yang akan dikenakan saat pemberkatan itu agak lebih panjang agar terkesan lebih anggun.
Saya pun jadi putar otak. Apalagi, dengan motif bunga yang memenuhi tubuh bagian depan, kebaya itu jadi terkesan sangat penuh ! Memadukan kebaya yang sudah jadi dengan menyambung tentu bukan perkara mudah. Selain butuh biaya ekstra, tentu butuh pula keahlian yang mumpuni dari sang penjahit. Dengan waktu yang sagat terbatas, saya memikirkan bagaimana memberi kesan lebih panjang tanpa mengutak-atik kebaya yang sudah jadi yang akan beresiko rusak, bila tidak berhasil.
Memadu-sambungkan kebaya merah itu dengan tule polos akan terlalu biasa. Terus terang, ini pertama kali saya membantu membuat kebaya bagi keluaga batak. Saya pun ingin tahu, kain yang akan dikenakannya seperti apa ? Setelah kain songket itu datang, saya mulai menimbang-nimbang.
Menarik sekali keluarga batak "Siahaan" yang satu ini. Mereka sangat moderat ! Sepertinya mereka benar-benar menganut "Indonesia satu nusa satu bangsa". Lihat saja, kebaya martupol Imel, dari sejumlah alternatif, termasuk songket, Imel memilih motif ala Bali. Giliran untuk acara pemberkatan, Imel dan Ibunda memilih songket Palembang yang sangat cantik !
Kain songket pilihan Ibunda imel memang didominasi merah cabe, merah maroon, hijau botol dengan benang keemasan. Cantik sekali ! Saya pun bertanya pada Imel, PD (percaya diri) tidak dia, bila sang kebaya saya padukan dengan warna hijau botol ! Seperti biasa, karena Imel agak tomboi, awalnya dia ragu, tapi karena dia terjebak jarak dan waktu, untuk yang kesekian kalinya, dia pun pasrah saja dengan saran saya. Wuakakak !
Jadilah, saya mulai mencari tule hijau botol yang teksturnya agak berbeda, karena ditaburi glitter di permukaannya. Saya membuatkannya semacam rok pendek berkerut dari garis pinggang hingga garis paha yang ditali di bagian muka. Lalu saya memermak sedikit kebaya merahnya dnegan ruffles pada bagian leher dan kedua tangannya. Bertumpuknya motif kembang di bagian depan kebaya membuat motif itu justru tenggelam dan tidak terlihat. Saya lalu menaburkan batu alam berwana hijau, coklat dan keemasan pada bagian lehernya sehingga lebih menegaskan lekukan kembang di sekitar dada dan garis lehernya.
Persoalan berikutnya adalah cara mengenakannya. Imel yang tomboi, begitu pun kakaknya, kak Elvi, agak bingung bagaimana urutan mengenakan bagian-bagian kebaya itu. Hahahaha ! Saat mereka pertama kali mengenakannya dan menunjukkan fotonya pada saya, saya tertawa. Namun, setelah saya koreksi dan perjelas lagi hal-hal detil yang harus mereka perhatikan, maka kebaya merah itu pun sungguh cantik dan tidak terlihat bahwa itu merupakan bagian-bagian yang terpisah satu sama lain !
Mendandani penganten batak memang menjadi pengalaman pertama saya yang sangat berkesan. Saya memang tidak terlibat terlalu banyak seperti biasanya bila saya membuat kebaya penganten lainnya hingga mendampingi pada hari H. Tapi, setidaknya, saya tetap membuatkan disainnya, memilihkan kainnya dan menentukan detil hingga menangani langsung penjahitnya. Termasuk memadukan obi, suede ribbon dan corsage yang pas untuk dipadukan di kebaya istimewanya.
Untuk ibunda Imel, saya menyarankan warna hijau botol yang sesesuai dengan hijau botol yang dipadukan pada kebaya merah Imel. Sementara bagi keluarga besarnya, saya pilihkan brokad warna pink yang sangat lembut dan cantik dengan vooring silver. Untuk resepsinya, keluarga besar Imel mengenakan tule Jepang warna ungu dengan taburan bunga keemasan yang cantik.